Wednesday, 5 October 2016

Teruntuk Wanita yang Mencintaiku Sebelum Aku Lahir.

Teruntuk wanita yang mencintaiku sebelum aku lahir.
Teruntuk wanita yang memeluk hatiku jauh sebelum ia terbentuk.
Teruntuk wanita yang selalu terjaga dari senja hingga fajar, dengan kelemahan demi kelemahan untuk 9 bulan lamanya. Menyemangati dirinya sendiri bahwa itu adalah sesuatu yang patut untuk diperjuangkan, hingga ketika pada akhirnya ia sampai di Rumah Sakit. Itu adalah cinta pada pandangan pertama, sebab ia melihat aku.
Dia adalah seseorang yang rela memberikan sandal satu-satunya demi jari-jari kakiku tetap merasa hangat.
Dia akan selalu membuatku terlindungi meskipun faktanya dialah yang lebih membutuhkan.
Dia selalu bangun lebih awal setiap pagi, berdingin-dingin untuk menjemur pakaian yang kita kotori Beridir di depan kompor berjam-jam memasak semangkuk makanan
Dan ketika aku tak pulang kerumah hatinya akan terkoyak, maksudku ia takkan pernah bisa tidur ketika aku sedang bepergian.
Dia akan menunggu sepanjang malam dibalik telepon, meskipun kita tidak pernah menghubunginya. Jadi mengirimku pesan, “Tolong, aku tak bisa tidur. Katakana padaku bahwa kau aman dan sehat”
Dan kapanpun aku sakit, dia selalu tahu apa obatnya, maksudku, cinta yang ia berikan padaku adalah obat terbaik dan paling menyembuhkan. Komposisi the, madu, handmade lemon . . .
Apalagi yang bisa saya minta. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Ia melakukan itu semua tanpa meminta imbalan sedikit pun.
Aku masih ingat suatu malam ketika aku kecil, aku tak akan bisa tidur sampai aku merengek dari luar kamar. Gha’atini wa bawsini; “tolong kecup aku”dan kau akan menghampiriku
Cinta yang kau berikan padaku selam ini mustahil bisa aku abaikan. Aku mencintaimu, Ibu.
Maaf aku tak pernah mengatakan ini sebelumnya
Aku minta maaf untuk semuanya, ibu.
Aku minta maaf karena mininggalmu sesaat setealah kau mengajariku bagaimana merangkak
Aku minta maaf karena ketika “Ah” setiap kau menyuruhku mengerjakan hal sederhana
Aku tak pernah membantumu mencuci piring meskipun aku tau tanganmu sedang sakit.
Aku minta maaf lagi dan lagi untuk semua janji yang ku ingkari
Dan aku minta maaf karena tidak bisa memenuhi harapanmu, sebuah mobil dan dunia yang kau singgahi.
Dari kesemua itu, aku minta maaf atas rasa sakit yang ku sebabkan. Untuk malam-malammu dan untuk panggilan yang tak aku jawab. Untuk setiap pertengkaran dan untuk semua tembok yang aku rusak. Untuk setiap ruangan yang kotor dan pakaian yang hanya bisa ku acak-acak. Dan untuk setiap pengorbanan yang tak pernah bisa aku balas walau sekali.
Seperti ketika kau memutuskan menjadi ibuku yang berarti kau harus meninggalkan semua kesenanganmu. Aku tau bagaimana kau mencintainya, merindukannya.
Aku tau itu mengiris hatimu seperti belati, tapi jika aku punya hak untukmu, aku akan membiarkanmu melihat selama waktu yang kau bisa. Jadi aku berjanji untuk menjadi seorang anak yang bisa kau banggakan.
Mulai dari sekarang . . .
Jadi maafkanlah aku, maafkan aku atas semua yang telah aku lakukan dari sejak aku kecil dan bodoh. Hanya mencari kesenangan
Oh Ibu, Aku cinta kau, aku cinta kau
Aku berjanji tak akan pernah mementingkan orang lain daripadamu.
Dan ketika nanti aku menikah kau akan selalu menjadi ratuku, sebab taka da satu kata pun yang dapat mewakili berharganya engkau untukku.
Juga tak akan ada yang sepadan untuk membayar semua jasamu.
Maka aku berdo’a setiap hari untukmu, agar Allah senantiasa mengasihimu seperti engkau mengasihaniku sedari kecil
Dan aku punya satu permintaan terkahir sebelum kau pergi. Tolong . . .

Sejak Allah meletakan Surga dibawah telapak kakimu, tolong mintakan pada Allah untuk menjadikan Surga tempat kita bertemu kembali. Aamiin


Credit : Muhamad Mulkan Fauzi

2 comments: